Puisi-Puisi Arsi Juwandy-Ibu

Dunia

Dunia sebenarnya tak hitam
Tak juga putih
Tetapi dunia adalah perpaduan dari keduanya yakni abu-abu.
Kau tahu kenapa?
Karena kita terlahir dari daging
Kisol, 2019

Ibu

Pagi setelah pulang misa
Ibu menyuruhku melepaskan hati
Katanya ingin direndam.
"Semoga setelah ini nodanya hilang" kata ibu
Setelah itu aku kembali mengenakan lagi hatiku yang telah diberi pewangi
Tak ada lagi noda yang kulihat dalam hatiku
Ibu tersenyum melihatku kembali tertawa
Kisol, 2019

BACA JUGA: Kumpulan Puisi Arsi Juwandy-Kastil

Air mata

Di malam minggu
Ibu memberiku hadiah sebotol air mata
Air mata itu di siram pada ingatanku
Bila aku sedih, air mata itu akan menetes pada sela-sela jari tanganku
Di mataku, air mata itu telah mencuci kesedihanku
Kisol, 2019

Untuk manusia-manusia kesepian

Semoga Tuhan menurunkan lidah-lidah api pada cerita
Dan kita sebagai tokoh
Kisol, 2019

Kisah (bukan) penciptaan


Pada mulanya adalah surat
Engkau yang tercipta atas restu puisi, yang dimasukan dalam sebuah amplop,
Dikirim pada sebuah alamat
Bukankah aneh, ketika kuculik engkau dari puisi itu
Kuhembuskan napas pada plot yang menempel di senyummu.
Di hari terahir bulan itu,
 jadilah engkau,
Yang menyembunyikan senja di sudut bibir, yang rambutnya jadi tempat berteduh burunh-burung kecil,
Yang air matanya terbuat dari derai hujan kesedihan.
Adalah engkau yang tercipta atas restu puisi:
"Inilah tubuhku yang kuserahkan bagimu"
Kisol, 2019

Orang-orang

Ada yang masih menghafal syair dari penyair yang paling mansyur,
"Akulah jalan dan hidup".
Di jalan pejuang teriak keadilan,
Dan mungkin semesta tak sadar ada aku yang bercerita keburukan angin kepada kepak sayap marpati
Kisol, 2019

Cari
(Kepada yang tak tercipta)


Mungkin Semesta tak sadar yang duduk di bibir pantai itu adalah aku.
Adalah kejujuran yang diceritakan pantai kepada pasir.
Dihapuskannya namamu  menariknya ke tengah laut. Engkau tenggelam ditemani ikan-ikan dengan segala kisahnya. Ditengah laut, nelayan sibuk membaca kitab dari pengarang yang tak pernah mati, "menurut kamu, siapakah aku ini?"
Kisol,2019

A

Pada pipimu yang ranum
Air mata bercerita tentang sedih
Di ujung keningmu bibirku menulis cerita
Dan pada matamu aku memilih diam
Kisol, 2019

Angin

Aku ingin mencintai seperti angin
Menyentuh daun telingamu dengan lembut
Mengibas helai rambutmu
Mengecup bibirmu
Dan menyegarkanmu dikala terik.
Aku ingin mencintaimu seperti angin
Yang bersembunyi di balik pohon
Dan engkau berteduh dibawahnya
Kisol, 2019

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENGANALISIS MAKNA LAGU PERAHU RETAK DALAM KAITANNYA DENGAN SISTEM PERADILAN INDONESIA

Memahami makna lagu "Who You Are" (Jessie J) Dalam Kaitannya Dengan Gaya Hidup Remaja Putri Manggarai

makalah penggunaan huruf kapital