Sajak Ibu: Kumpulan Puisi Rista Damu

Maukah kau mengingatnya?
(Rista Damu)
Rista Damu*

Udo...yang disapa manis
Kau pernah melempar kata
"Namaku adalah sutra senja"
Aku dengan lengkung bibir yang melahirkan tawa kecil.
Disini aku merajut asa bersama hari ini
Berdoa Bapa Kami untuk kau kembali
Mungkin kau tak mengingatku
Tapi aku ada disini.
Udo...
Maukah kau mengingatnya?
Teringat senja kemarin
Aku menatapmu dari sini
Berharap rinduku kau tempati
Sebab, aku menenun senyummu disini.
Udo...
Sosokmu telah mengutuk perasaan yang memaksaku untuk jujur tentang cinta
Sampai aku terjerat dalam kekosongan
Maukah kau mengingatnya?
Aku dan cintaku seperti dalam kesalahan
Terdiam dalam kesunyian
Menatap waktu yang enggan berbicara
Kini aku terkapar dalam hamparan tempat tidurku
Jiwaku yang kau buat bisu itu.
Udo..
Maukah kau mengingatnya?

Ruteng, Mei 2019

Sajak Ibu
(Rista Damu)

Saat ini,aku bernyanyi di panggung sandiwara
Lewat mahkota tulus saat engkau mengusap keringat cinta
Sempurna, aku menyerap cahaya kasih sayangmu yang tak pernah usang. 
 Pagi menyapaku dengan menit ayam
 Mata bersilau dengan malas
Di sudut ruang canda engkau  melempar senyum
Benda-benda penyejuk tubuh telah tersedia untuk bersua.
Setiap hari kau berbisik rambu penghilang rasa sakit
Pada jiwaku yang sempat rapuh pada kehidupan
Kau berikan aku seuntas benang doa
Barangkali aku akan tersesat.
IBU..
jemarimu mengusap lembut kepalaku
Engkau menyempatkan namaku dalam doa
Semua itu karena untuk kesuksesan sekolahku
Aku akan mendamaikan hidupmu dalam seribu cahaya
Lewat rambu-rambu yang kau titipkan pada kerendahan hati.
Kau adalah puisi
Dan aku adalah sajak dari puisimu yang bercerita
Tanpa tanda baca dalam hidupku yang tak dapat menjelaskan cintamu yang paling sederhana.
 IBU...
Kupeluk cintamu di air tergenang
Dan duri senja tak kubiarkan menyapamu.

Ruteng, 2019

Senja Nober
(Rista Damu)

Kisah senja, sebuah potret pucat
Di bibir pantai aku tersesat
Seketika terusap jari pemuda senja.
Bermula suka
Aku merekah dari tatapan bermula cinta
Biarkan keindahannya menyegarkan jiwa
Menerpa sejuk bersama angin yang menjadi mataku
Nober.
Jutaan wanita terantuk pesonamu
Jujur, kau benar-benar gagah
Ini bukan pujian untukmu
Aku hanya memuji keagungan Tuhan yang telah menciptakan makhluk seindahmu.
Hari ini kau kukenalkan
Pada cinta yang paling sederhana
Sebagai sejarah yang dilukiskan kisah kita
Sebagaimana kita terlahir dari sebuah alasan seperti CINTA.
Sekali waktu kuingin tubuhmu
Lebih sempurna dari dapat yang kusentuh
Yang telah mengembalikan teduhnya
Bukan untuk siapa, tetapi untuk kita dan esok.

Ruteng, 2019


*Penulis adalah alumni Program Studi Pendidikan Bahasan Indonesia STKIP Santun Paulus (Sekarang telah menjadi Universitas Katolik). Ketika kuliah aktif dalam kegiatan-kegiatan berliterasi dan sastra. Sering menjadi penanyi sekaligus membuat musikalisasi puisi-puisi. Sekarnang masih aktif di dunia sastra dan tergabung dalam komunitas Teater Saja Ruteng.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENGANALISIS MAKNA LAGU PERAHU RETAK DALAM KAITANNYA DENGAN SISTEM PERADILAN INDONESIA

Memahami makna lagu "Who You Are" (Jessie J) Dalam Kaitannya Dengan Gaya Hidup Remaja Putri Manggarai

makalah penggunaan huruf kapital