RUTENG KOTA 1001 KANDANG BABI

RUTENG KOTA 1001 KANDANG BABI
(Klaudius Marsianus Juwandy)
salah satu reba kota
Bagi banyak orang, Ruteng merupakan salah satu tujuan akhir untuk menimati Kopi. Ya untuk kalimat ini saya sepakat, karena hanya di Ruteng kopi yang paling enak. Tapi tulisan kali ini, saya tidak aan membahas tentang kopi dan filosofinya tetapi tetang hal lain yang ada di kota Seribu Gereja, kota Ruteng

Pembaca yang budiman, maksud dari tulisan saya ini adalah ingin mengajak kalian semua untuk datang ke Ruteng dan menikmati segala keindahan yang ada. Tapi sebagai Ata Ngara Mbaru yang baik, saya ingin memperkenalkan kota kelahiran saya dulu.

Ende ema ase-kae pa,ang olo ngaung musi, sebagian atau bahkan semua dari kita sepakat bahwa Ruteng terkenal sebagai salah satu kota yang dingin di Indonesia.  Di beberapa situs internet, sudah bayak yang menuliskan bagaimana dinginnya kota Ruteng dibangdingkan kota lain. Yah, walaupun dalam beberapa kesempatan kalian masih melihat “orang Kubang” yang memakai CU ketika malam hari. Mungkin itu Antitesi dari Ruteng sebagai kota Dinging

Bapa-ibu, saudara/i yang terkasih dalam Kristus, kali ini saya tidak akan membahas Ruteng, kopi atau dingin karena sudah banyak Blogger  Ruteng yang dengan kecintaannya masing-masing  menulis tentang Ruteng. Pada tulisan kali ini saya akan membahas salah satu ciri khas dari kota Ruteng sebagai kota 1001 Kandang Babi.  Kalau kita melihat judulnya, macam bagaimana begitu ka, tapi mari kita simak dulu ulasanya.

Kalau kalian sering main ke Ruteng, di setiap kompleks, kalian pasti akan menemukan kandang babi. Percaya atau tidak (tapi sebaiknya kalian percaya saja karena tiada guna ju lo kamu tir percaya).

Hampir semua gang atau kompleks di Kota Ruteng memiliki kandang babi. Dan yang lebih mengejutkan adalah di kota Ruteng semua masyarakat berlomba-lomba untuk memelihara babi. Dan, rata-rata lebih dari satu dan bahkan ada yang sampai 5 babi.

Pertanyaan yang muncul adalah siapa yang mengurus/ merawat babi-babi tersebut? Ini mungkin berangkat dari asumsi masyarakat yang menetap di kota Ruteng yang beranggapan bahwa semua yang tinggal di Ruteng semuanya pegawai.

Bapa-ibu, saudara/i yang terkasih dalam nama Kristus. Reputasi anak muda Ruteng atau yang lebih di kenal dengan sebutan Reba kota dan Molas Ruteng sudah tidak di ragukan lagi. Mulai dari penampilan dan gaya hidup anak Ruteng yang hampir 11-12 dengan Korea menjadkan mereka begitu berbeda dengan anak-anak lain. #encok

Sengaji, melihat pernyataan di atas, pasti semua heran ketika saya mengatakan bahwa di balik kegaulannya mereka terdapat utang "teneng pakang" yang belum tuntas. Saya yakin semua tidak percaya akan peryataan ini.

Eits, tunggu dulu. Berikut ini,  saya punya pengalaman dan alasan  yang mewakili reba kota dan mendukung peryataan ini. simak penjelasannya berikut.

Pertama, sahabat saya yang di luar kota Ruteng pasti tidak pernah melihat reba-reba kota parkir antara pukul 15.00 sampai pukul 16:30. Jam standar Parkir di deker atau perempatan untuk reba kota adalah pukul 17:00 ke atas. Hal ini dikarenakan, dari pukul 15.00 sampai pukul 16:30 mereka mengurus babi babi mereka.

Mulai dari "paki elong"  di kebun (jika tidak ada persediaan di rumah), keru elong, teneng pakang sampai pada proses na,ang semua dilakukan dari jam yang sudah di tentukan tadi.

Hanya reba kota dan molas sekolah yang malas yang parkir di jalan puku15:00 dan saya sarankan untuk teman-teman eme teing salam lise neka tiba, gaya kanang ata manga toe bae pola elong.

Pecayalah, jangan pernah remehkan mereka yang duduk/ parkir sambil memainkan alat musik atau ditemani sebotol sopi sambil suit, suit anak kos. Atau dengan tampilan celana pendek, tatoan atau beranting.
Di balik itu kami tidak bisa memisahkan diri dari mereka (babi). Sebelum pukul 17:00 kalian akan melihat bagaimana lincahnya kami memainkan pisau di atas elong dan keru elong dengan semangatnya, membuatnya menjadi makanan yang layak saji untuk sahabat yang kerjanya makan tidur terus.

Hitu te can, tesuan lite. Kadang babi menjadi musuh terbesar kami reba kota dalam rebetu hati orang tua. Alasannya sederhana, bayangkan saja, ketika kalian pulang sekolah dan pastinya lapar, ende dite biasanya menyambut kita dengan peryataan seperti ini, de senang woko kole gi, gelang koe ganti ga kudut urus pakang ela. Sakit bukan? ya memang sakit kadang juga kami menjawab, ai ceing anak di mama, aku ko ela?

Bei de wei, saya omong begini karena sudah terlalu emosi e. Dalam keadaan lapar kita malah disuruh menyiapkan hidangan yang tidak bisa kita makan dan untuk orang lain lagi.

Ketiga, hal yang paling menyebalkan adalah ketika liburang kami terganggu dengan kata pakang. Biasanya saat liburan ke kampung keluarga apalagi menggunakan kendaraan umum, pesan yang kami dapat adalah nana eme kole meka hemong ba elong.  Peryataan ini sungguh-sungguh menyakitkan hati kami anak mereka.

Kalau kami anak Bindo bilang, cama lulus semantik. Mereka tidak pernah berpikir akan keselamatan reba kota yang mereka pikir hanya babi-babi yang ada di kandang.

Atau ketika bapa-mama ada kesibukan dan harus meninggalkan rumah, itu ketika mereka pulang pasti yang ditanyakan pertama adalah babi, nana asa koe ela lemeu, am toe kea manga perhati lemeu.

Ini peryataan yang sangat menyakitkan dibandingkan nana neka rabo weta nara kat ite ge.

Jadi itulah cerita kami reba kota dan molas Ruteng. Kami hanya mau menyarakan bahwa, meski makan tempo babi telah merebut hati kedua orang tua kami, tapi di balik itu kami banyak dibantu oleh kehadiran babi-babi di rumah.
Apalagi ketika membutuhkan uang, dalam keadaan mendesak mereka menjadi solusi untuk permasalahan itu.

Saya hanya mau bialng ke semua teman, bahwa kami masih punya pemikiran sendiri untuk masa depan. Jangan pernah menilai kami dari luar.
Dan terakhir,  saya hanya mau tanya, masih mengangap kami reba kota nakal dan toe kin tiba salam dami ko?
Coba pikir-pikir lagi ase kaen. Hitu reweng daku.

Ruteng, Maret 2018

Komentar

  1. Ia kah Reba kota. Mantap tulisannya e bapak guru

    BalasHapus
  2. Mantul tulisannya Pak..saya juga salah satu anak molas Manggarai yang lagi piara babi😁😁
    Menjadi anak molas yang tidak hanya mengaharapkan gaji tiap bulan.
    Piara babi salah satu ladang duit
    Iyeeekannnn😊

    BalasHapus
  3. heheheh😂😂 lucu kata2 so ew kae inspirasi daat, kali sama kali pand ne mbaru urus pakamg ela😂😂

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memahami makna lagu "Who You Are" (Jessie J) Dalam Kaitannya Dengan Gaya Hidup Remaja Putri Manggarai

MENGANALISIS MAKNA LAGU PERAHU RETAK DALAM KAITANNYA DENGAN SISTEM PERADILAN INDONESIA

Pengadilan Cinta - Cerpen Karya Rista Damu