SURAT UNTUK AYAH
SURAT UNTUK AYAH
(Klaudius Marsianus Juwandy)*
| pasangan paling romantis |
Untukmu
yang selalu ku doakan,
Ayah, bagaimana kabarmu, ku harap saat ini engkau masih
duduk bersama mereka yang selalu kami sebutkan dalam doa. Jika nanti ayah tak
sibuk, sempatkan diri untuk bertanya
pada Tuhan tentang aoa arti sebuah kebahagiaan. Sebab begitu banyak orang yang
aku temui, tk satu pun yang memberiku sebuah pencerahan untuk kesakitan ini
Maaf Ayah, malam
ini aku harus menangis lagi. Entah sudah berapa tahun diriku ini selalu
berkutat dengan kenangan. Kenangan menjadi masalah dalam diriku dan air mata
adalah hadiah yang ida berikan di kala malam.
Ayah tahu, saat menjelang natal dua tahun lalu, sekolah
kami mewajibkan untuk memanggil orang tua untuk menerima raport hasil kerja
kerasku selama satu semester.
Saat-saat seperti itu, aku seperti terjebak dalam sebuah
kebingungan dan kesedihan. Ku lihat teman-temanku dengan bangganya menujuknan
kepada teman-teman saat orang tua mereka datang “bapa, saya punya bapa sudah
datang” kata seorang temanku saat melihat bapaknya berjalan di sekitar sekolah.
Yang lebih menyakitkan bagiku saat dengan kesatrianya seorang laki-laki memelk
anaknya yang sedang berlari lantas mencubit kedua pipi anaknya. Romantis bukan?
Ah, air mata kembali menetes dan kedua bola mata coba
mencari peruntungan somoga dalam ketidak mungkinan ini saya bisa mendapati
sosok yang aku rindukan saat ini.
‘dimana ayah?” aku menunduk, dalam hati amarah berjalan
secepat angin dan butiran air mata seperti memberhentikan waktu dan semuanya berputar ke tompo lalu.
Ayah,
lelaki terhebatku,
Masihkan engkau mengingat, kala aku masih kecil engkau
sering memarahi karena tingka laku yang selalu membuatmu jengkel padaku
“Lia, kenapa kamu nakal sekali. Cepat tidur siang apalagi
besok kamu ujian” kata Ayah dengan ekspresi yang begitu menggelikan, kerutan di
dahi menandakan bahwa amarah sedang naik dalam dirinya.
Kadang ketika beranjak dewasa, mengingat kembali tentang
kenangan bersama ayah membuatku tertawa sendiri. Menyuruhku tidur siang karena
alasan besok ujian menjadi salah satu memori yang sangat menggelikan .
Ayah tahu, pernah sekali di saat hujang aku menyempatkan
diri untuk melihat fotomu dalam dompet dan harus ku akui mata ini kembali kalah
untuk menahan air mata. Hujan sore itu bukan hanya membawa basah bagi bumi,
tetapi juga pilu dalam hatiku kala kenangan dan gambaran wajahmu membayangiku.
Ayah,
lelaki yang paling kucintai,
Sampai sekarang hal yang paling aku benci adalah
kenangan. Saat aku sudah mulai dewasa seperti sekarang ini banyak yang memuji
parasku. Ayah tahu, sampai sekarang
hanya satu lelaki yang mengisi hatiku yaitu Ayah. Di kampus begitu banyak
lelaki yang memberikan perhatiannya yang lebih kepadaku bahkan ada juga yang
sampai membuatku tertawa. Pernah seorang pemuda yang yang kenal denganku
menyuruhku makan dalam pesan singkatnya, ayah tahu yang membuatku tertawa
adalah ketika pesannya itu kuterima jam 10 pagi.
Tapi, justru yang paling kurindukan adalah kemarahan dan
kerasnya ayah ketika dengan kenakalanku selalu melawan perintahmu dan sialnya
Tuhan tidak pernah kirim lelaki seperti itu selama ini. bukankah itu egois.
Sampai saat ini pun, aku masih merindukan suara keras ayah yang melarangku untuk
keluar malam atau ketika kenalanku tak wajar.
Maaf ayah, ijinkan aku menangis lagi.
Aku merindukanmu malam ini dan semua hal yang belum
pernah kutemukan lagi kala engkau telah beranjak ke Rumah Bapa.
Akhirnya, aku hanya berdoa untukmu lelaki terhebatku.
Berilah aku kekuatan agar aku bisa menjadi wanita kuat yang tidak meneteskan
air mata hanya karena memandang foto-fotomu
Taga, 8 Desember 2017
*penulis adalah mahasiswa semseter tidak enak STKIP Santu
Paulus Prodi Bahasa Indonesia
Komentar
Posting Komentar