NEKANG/ NGENCUNG : NATAS LABAR DAN KENANGAN
NEKANG/ NGENCUNG : NATAS LABAR DAN KENANGAN
(Klaudius Marsianus Juwandy)
Sebelum saya memulai tulisan ini, ijinkan saya mengatakan bahwa hebatnya laki-laki adalah bisa menangis.
Nekang merupakan salah satu kampung yang berada di kotaruteng. Nekang merupakan tempat lahirnya reba-reba kota. Hal ini jelas tertuang dalam lagu yang diciptakan oleh salah satu musisi ternama kelahirang Manggarai Rensi Abang. Dalam lagunya, dia mengatakan bahwa Nekang merupakan salah satu tempat reba kota dilahirkan.definis reba kota pun akhirnya menemui titi terang melalui lagu ini. konon kata orang bahwa jika ingin mengetahui apakah Anda adalah reba kota atau reba non kota bisa mendengar lagu itu.
Eh, berarti saya satu kategori reba kota karena sudah jelas lahir dan dibesarkan di Nekang dan KTP saya jelas tertulis Nekang. Itu!!
Tapi tulisan kali ini, bukan soal reba kota tetapi saya dan sejuta kenangan tentang Nekang dan Ngencung.
Saya adalah laki-laki (asi serius bail baca bro). Lahir dan dibesarkan di Ngencung. Selama hampir 22 tahun saya menghabiskan waktu untuk bersama ase kae saya di nekang dan Ngencung. Dan puncak hubungan kekeluargaan kami terjadi pada tahun 2006. Pada saat itu saya resmi di lantik menjadi anggota ANDX CREW. Waktu itu saya masih ingat, ketika saya, Yanto Lanu (sudah berkeluarga), Rian Madut (mahasiwa STKIP Santu Paulus), Yanto Mangi (sekarang berdomisili di Labuan Bajo) sedang mengikuti ujian semster di SMP Dharma Bakti. Ketika lembar untuk paraf diedarkan say dan Yanto Mangi dengan sengaja membuat tanda tangan kami dengan tulisan ANDX.
Itu merpakan kekonyolan kami yang pada akhirnya harus berhadapan dengan kepala sekolah dan Sofia kembali harus di pangil karena kenakalan saya. itu satu
Tesuan, ase kae daku, di penghujung tahun 2017 akhirnya semua mata tertuju pada kompleks kecil kami Ngencung. Tak banyak yang tahu Ngencung dimana. Namun akhirnya mereka tahu kopleks itu setelah anak muda di sana yang lebih dikenal dengan sebutan Langu Crew menciptakan bahasa Sleng yang akhirnya menjadi Viral di kota Ruteng.
Segelagamagat magalam, ini merupakan salah satu kalimat bahasa seleng dan hanya anak Ngencung yang tahu artinya. Selam di Ngencung saya terkenal Lies (mudah tersinggung dan cepat menangis) dan satu lagi terkenal karena Pa,it mu,u (suka membuli teman lain salah satunya adalah Cynoz dan Deni Saputra0 dua tokoh ini adalah orang yang menjadi bahan saya untuk Mbecik.
Nekang dan Ngencung sudah mendarah daging dalam diri saya. saya adalah orang Taga masih termasuk kategori Reba Kota tapi sejak kecil saya tinggal di Nekang.
Di beberapa kesempatan, ketika bertemu orang baru dan selalu bertanya tentang daerah asalh saya, saya selalu menjawab dari Nekang bukan Taga.
Neka rabo ase kae, bukan bermaksud sok atau bagaimana, tetapi Nekang sudah menjadi natas labar saya selama hampir 22 tahun.
Semua hal yang saya alami sudah selama ini selalu saya lewati bersama Langu Crew atau Andx Crew.
Bagi saya mereka lebih dari sahabat, mereka adalah keluarga saya.
Saya masih ingat, ketika semasa kanak-kanak kami sering pergi mencuri Mangga di kebun tetangga atau bermain perang dipekuburan Nekang.
Atau yang paling konyol adalah ketika saya harus kencing dicelana gara-gara menggendong Irfan januarko ketika hendak mengambil bola di atas genteng. Lucu bukan? ya sangat lucu, itulah kami.
Reba Nekang dan Reba Kota
Tetelun, Nekang dan Ngencung adalah kenangan bagi saya. setiap hidup tidak mungkin selalu mulus. Itu hanya ada dalam dongeng. Selama saya di Ngencung, saya sering mendapat masalah baik sesama teman atau dengan orang lain. Tapi itu semua adalah pelajaran. Bagi saya masalah adalah mendewasakan saya.
Neho rampon, saya sebut sebagai kenangan karena saya sekarang tinggal di Taga. Saya telah kembali ke rumah dan kembali ke tempat asalh saya.
Kisah menyedihkan itu terjadi pada bulan Juli. Saat itu ada beberapa malaikat yang datang mengusik kami di Ngencung. Jadi kami, ema daku, ende daku, aku agu weta-weta daku kaeng oen mbrude anak rona ulu. Co ko co,o maksud anak rona Ulu ho ga, anak laki laki yang hanya ada kepalanya atau bagaimana. Berarti kalau ada kepala, otaknya (utek) juga ada. Tapi kenapa mereka seperti tidak punya, ah sudahlah.
Jadi akhirnya kami pindah, tanpa pesan dan yang ada hanya tangisan.
Nekang dan Ngencung mejadi hal yang paling saya rindukan saat ini. terlebih ketika suasana Natal dan Tahun baru seperti ini. ramai, sederhana dan penuh kekeluargaan.
Ngencung dan nekang menjadi begitu indah ketika saya melihat dari jauh. Nekang dan Ngencung begitu cantik dan aku sangat rindu pada kampung dan kompleks ini.
Saya hanya berdoa semoga semua ase kae saya yanga ada di sana (ema nganceng caro laku ngasang pengaruh do bail) mendapat kesehatan dan rejeki yang berlimpah.
Tetaplah menjadi sahabat, kaka dan keluarga untuk saya.
Bay de wey, samapai saat ini saya masih mengatakn ke orang banyak bahwa saya Anak Nekang tapi saya sudah lupa kalau saya telah terusir
Sampai jumpa
Taga, 31 Desember 2017
(Klaudius Marsianus Juwandy)
![]() |
| para pria ganteng |
Sebelum saya memulai tulisan ini, ijinkan saya mengatakan bahwa hebatnya laki-laki adalah bisa menangis.
Nekang merupakan salah satu kampung yang berada di kotaruteng. Nekang merupakan tempat lahirnya reba-reba kota. Hal ini jelas tertuang dalam lagu yang diciptakan oleh salah satu musisi ternama kelahirang Manggarai Rensi Abang. Dalam lagunya, dia mengatakan bahwa Nekang merupakan salah satu tempat reba kota dilahirkan.definis reba kota pun akhirnya menemui titi terang melalui lagu ini. konon kata orang bahwa jika ingin mengetahui apakah Anda adalah reba kota atau reba non kota bisa mendengar lagu itu.
Eh, berarti saya satu kategori reba kota karena sudah jelas lahir dan dibesarkan di Nekang dan KTP saya jelas tertulis Nekang. Itu!!
Tapi tulisan kali ini, bukan soal reba kota tetapi saya dan sejuta kenangan tentang Nekang dan Ngencung.
Saya adalah laki-laki (asi serius bail baca bro). Lahir dan dibesarkan di Ngencung. Selama hampir 22 tahun saya menghabiskan waktu untuk bersama ase kae saya di nekang dan Ngencung. Dan puncak hubungan kekeluargaan kami terjadi pada tahun 2006. Pada saat itu saya resmi di lantik menjadi anggota ANDX CREW. Waktu itu saya masih ingat, ketika saya, Yanto Lanu (sudah berkeluarga), Rian Madut (mahasiwa STKIP Santu Paulus), Yanto Mangi (sekarang berdomisili di Labuan Bajo) sedang mengikuti ujian semster di SMP Dharma Bakti. Ketika lembar untuk paraf diedarkan say dan Yanto Mangi dengan sengaja membuat tanda tangan kami dengan tulisan ANDX.
Itu merpakan kekonyolan kami yang pada akhirnya harus berhadapan dengan kepala sekolah dan Sofia kembali harus di pangil karena kenakalan saya. itu satu
Tesuan, ase kae daku, di penghujung tahun 2017 akhirnya semua mata tertuju pada kompleks kecil kami Ngencung. Tak banyak yang tahu Ngencung dimana. Namun akhirnya mereka tahu kopleks itu setelah anak muda di sana yang lebih dikenal dengan sebutan Langu Crew menciptakan bahasa Sleng yang akhirnya menjadi Viral di kota Ruteng.
Segelagamagat magalam, ini merupakan salah satu kalimat bahasa seleng dan hanya anak Ngencung yang tahu artinya. Selam di Ngencung saya terkenal Lies (mudah tersinggung dan cepat menangis) dan satu lagi terkenal karena Pa,it mu,u (suka membuli teman lain salah satunya adalah Cynoz dan Deni Saputra0 dua tokoh ini adalah orang yang menjadi bahan saya untuk Mbecik.
Nekang dan Ngencung sudah mendarah daging dalam diri saya. saya adalah orang Taga masih termasuk kategori Reba Kota tapi sejak kecil saya tinggal di Nekang.
Di beberapa kesempatan, ketika bertemu orang baru dan selalu bertanya tentang daerah asalh saya, saya selalu menjawab dari Nekang bukan Taga.
Neka rabo ase kae, bukan bermaksud sok atau bagaimana, tetapi Nekang sudah menjadi natas labar saya selama hampir 22 tahun.
Semua hal yang saya alami sudah selama ini selalu saya lewati bersama Langu Crew atau Andx Crew.
Bagi saya mereka lebih dari sahabat, mereka adalah keluarga saya.
Saya masih ingat, ketika semasa kanak-kanak kami sering pergi mencuri Mangga di kebun tetangga atau bermain perang dipekuburan Nekang.
Atau yang paling konyol adalah ketika saya harus kencing dicelana gara-gara menggendong Irfan januarko ketika hendak mengambil bola di atas genteng. Lucu bukan? ya sangat lucu, itulah kami.
Reba Nekang dan Reba Kota
Tetelun, Nekang dan Ngencung adalah kenangan bagi saya. setiap hidup tidak mungkin selalu mulus. Itu hanya ada dalam dongeng. Selama saya di Ngencung, saya sering mendapat masalah baik sesama teman atau dengan orang lain. Tapi itu semua adalah pelajaran. Bagi saya masalah adalah mendewasakan saya.
Neho rampon, saya sebut sebagai kenangan karena saya sekarang tinggal di Taga. Saya telah kembali ke rumah dan kembali ke tempat asalh saya.
Kisah menyedihkan itu terjadi pada bulan Juli. Saat itu ada beberapa malaikat yang datang mengusik kami di Ngencung. Jadi kami, ema daku, ende daku, aku agu weta-weta daku kaeng oen mbrude anak rona ulu. Co ko co,o maksud anak rona Ulu ho ga, anak laki laki yang hanya ada kepalanya atau bagaimana. Berarti kalau ada kepala, otaknya (utek) juga ada. Tapi kenapa mereka seperti tidak punya, ah sudahlah.
Jadi akhirnya kami pindah, tanpa pesan dan yang ada hanya tangisan.
Nekang dan Ngencung mejadi hal yang paling saya rindukan saat ini. terlebih ketika suasana Natal dan Tahun baru seperti ini. ramai, sederhana dan penuh kekeluargaan.
Ngencung dan nekang menjadi begitu indah ketika saya melihat dari jauh. Nekang dan Ngencung begitu cantik dan aku sangat rindu pada kampung dan kompleks ini.
Saya hanya berdoa semoga semua ase kae saya yanga ada di sana (ema nganceng caro laku ngasang pengaruh do bail) mendapat kesehatan dan rejeki yang berlimpah.
Tetaplah menjadi sahabat, kaka dan keluarga untuk saya.
Bay de wey, samapai saat ini saya masih mengatakn ke orang banyak bahwa saya Anak Nekang tapi saya sudah lupa kalau saya telah terusir
Sampai jumpa
Taga, 31 Desember 2017

Komentar
Posting Komentar