Takdir yang Tak Diimpikan
(klaudius Marsianus Juwandy)
|
A
|
pa arti sebuah kepercayaan ketika kita tak pernah
dipercaya. Apa arti menunggu kita tak pernah bertemu. Apa arti kesetiaan ketika
mawar berduri engkau hadiahkan dihari bahagia dan apa arti keiklasan ketika
hidup terus disiksa dan dicambuk oleh bayang-bayang. Ayolah, engkau yang
diserukan berbagai nama, aku cuma minta satu, tempatkan dia di sisiku, itu saja.
Cahaya
rembulan malam perlahan masuk ke dalam kamar yang berukuran kecil ini. Malam
ini hujan pun turun lagi bersma sepasang burung hantu mencoba peruntungan di
malam tanpa rembulan. Di dinding kamar terdapat lukisan seong gadis cantik.
Sepasang cicak mencoba keberuntungan kala seokor nyamuk kecil melintas di depan
mata mereka. Di ujung pembaringan, Ito duduk dan memandang selembar foto. Air
mata jatuh perlahan bersama ingatan yang perlahan hadir melewati lubang pada
dinding kamar.
“tak usah kau sesali yang telah terjadi, jangan pernah
lari untuk bersembunyi karena aku tahu kamu masih merindukannya” kata fari
mengagetkan Ito saat masih memandang foto mawarnya.
“tidak, aku tidak memikirkannya. Aku kebetulan saja
melihat foto ini ketika hendak membereskan kamar” jawabnya sambil berjalan menuju
kaca jendela.
“sudahlah, untuk apa engkau meratapinya lagi, dia bukan
untukmu. Jika memang kau masih mencintainya, berdoalah untuknya agar selalu
dilindungi Tuhan” kata Fari mengingatkan Ito yang tersiksa oleh masa lalunya.
“kamu tak akan pernah mengerti perasaan ini, aku terus mencoba
untuk melupakan bayangan wajahnya namun wajah itu selalu saja memaksaku merindu
dan terus merindu. Kamu tahu jauh di dalam hatiku namanya terukir abadi. Aku
memang bodoh harus terbunuh oleh pedang yang ku buat sendiri. Lihatlah, aku
coba menjauh dan melupakan semua tentangya namun dunia terlalu sempit dan aku seperti berjalan
dan kembali pada perhentian yang sama dan itu sangat menyiksaku” jawab Ito
pelan.
Resah jiwanya mengingat semua kisah yang terlintas saat
masih bersama dan saling mendekap dalam kehangat cinta. Selembar foto kusam itu
perlahan basah oleh air matanya. Air mata kesedihan dan harapan akan cinta
sejatinya yang kini jatuh ke pelukan seorang sahabat. Perlahan-lahan foto itu
menghadirkan kisah cinta yang sederhana yang pernah mereka lalui. Cinta yang
tumbuh pada hati yang bersih dan memberi buah kebahagiaan namun harus direnggut
oleh jarak dan materi.
“nana Ito, saya dengar hari ini kamu akan pergi Makasar
bersama Fari dan Engki?” tanya Yovi polos
“enu Yovi, hari saya harus tinggalkan kampung ini dan
pergi ke Makasar. Kamu pasti sudah tahu alasan saya, bapa yang sudah meninggal
dan mama yang sudah tua dan permintaan dari keluargamu membuatku bekerja lebih
keras untuk menghidupi mama dan adiku. Hari ini, saya sengaja menemuimu untuk
memohon diri ” jawab Ito
“tapi..” kata Yovi
“jangan engkau risau, aku tak akan melupakan dan
meninggalkanmu. Bersabarlah aku pergi untuk kembali. Jika kelak uangku banyak,
aku akan melamarmu sebagaimana yang diinginkan kedua orang tuamu. Aku pasti
kembali dan jaga hatimu untukku” kata Ito seambil memeluk Yovi erat, seerat
harapan yang ia titipkan pada gadis pujaan hatinya
Sinar
mentari pagi menyingsing di kota makasar. Bunyi mesnin pabrik memekan telinga
manusia. Gambaran kota yang sibuk dan kendaraan yang lalu-lalang menjadi cerita
menarik untuk kota Makasar. Tak terasa sudah 3 bulan Ito bekerja. Surat demi
surat dikirim untuk kekasihnya Yovi dan balasan yang indah ditunjukan Yovi pada
kertas kusam.
Jauh di ujung Manggarai, Yovi yang setia menunggu Ito
disiksa oleh rindu yang makin menggebu. Beban pun datang menghamirinya, ketika
kedua orang tuannya memaksa Yovi untuk segera mencari pendamping. Besarnya
cinta yang diberikan Ito pada Yovi membuatnya tak bisa berpaling. Para pemuda
silih berganti melamarnya namun tak ada yang diterima. Gadis cantik yang
berambut panjang itu dibutakan oleh cinta. Setiap hari dia selalu berdoa agar
malam cepatlah datang karena itulah tepat dia bisa bertemu dengan kekasihnya
Ito walau dalam mimpi.
Jauh di Kota makasar, Ito bekerja keras demi mencari uang
untuk melamar Yovi. Besarnya permintaan dari keluarga Yovi membuatnya hampir
putus asa tapi cinta yang tak berhingga yang ia berikan pada Yovi membuatnya
semangat untuk mencari uang. Sapasang kekasih yang bahagia, hari-hari penuh
akan kerinduan. Pagi, siang senja, malam, dan pagi pn terus berlalu hanya angin
yang tertatih membawa kabar mereka.
“ enu Yovi, gemetar tanganku ketika hendak menulis. Mulut
seperti membisu saat melihat kertas kusam dihadapanku. Aku tak tahu harus ku
mulai dari mana untuk menulis. Rindu yang kian memuncak menyiksaku di sini.
Hanya selembar fotomu yang coba menenangkanku kala akan merindukan sosok cantik
yang aku dambakan. Aku ingin menyampaikan kabar gembira, aku sudah mengumpulkan
uang dan bulan depan aku akan segera pulang. Aku akan melamarmu seperti apa
yang orang tuamu dambakan. Tenanglah cintaku tak pernah berkurang, sudah
kupersiapkan cincin untuk kita. Tunggulah aku mawarku yang tak berduru” tulis
Ito pada surat yang akan dia kirimkan untuk kekasihnya. Raut wajah bahagia
terlihat pada diri Ito. Kesempatan dan mimpi yang selama ini dia dambakan kini
akan terwujud. Belis yang begitu mahal tak menjadi halangan cinta sucinya
kepada Yovi.
Hari pun
terus berlalu tapi surat balasan dari Yovi tak pernah muncul. Cemas pada diri
Ito datang bersama sebuah pertanyaan. Tak ada kabar lagi dari kekasihnya itu.
“ yovi sudah terlalu lama kami menunggu Ito. Kami tak
bisa menunggu lagi kamu harus segera menikah. Ingat usiamu kini tak muda lagi.
Apa kamu mau hidup menyendiri seumur hidup karena tak ada yang ingin
menikahimu. Jangan pernah engkau percaya pada si Ito. Nam nungkin dia tidak
memiliki gadis lain di kota sana” desak kedua orang tua Yovi
“ tapi bapa, nana Ito pasti kembali. Dia sangat mencintai
saya begitu pun saya. Tolonglah bapa, biarkan aku memilih dan menunggu orang
yang aku inginkan” jawab Yovi
“ sudah, sudah, jangan engkau ajarkan kami cinta. Kami
sudah banyak makan garam di dunia. Kamu tak bisa hidup hanya denga cinta, kamu
mau beri makan apa nanti anakmu? Pokoknya kamu harus segera menikah. Minggu
depan Engki akan datang melamarmu dan kami lihat dia sudah sangat mapan untuk
membina rumah tangga. Kamu akan segera menikah dengannya, lagi pula dia sudah
sampaikan kepada saya bahwa Ito sudah punya istri di Makasar” kata orang tua
Yovi
“ tidak mungkin nana Ito berbuat seperti itu pada saya.
Dia tidak mungkin menikahi wanita lain di Makasar. Dia mencintai saya, sangata
mencintai saya bapa” kata Yovi mengiringi buti-butir air mata yang jatuh
perlahan dari kedua bola matanya. Kabar tentang Ito yang menikah membuat hati
Yovi terpukul antara benci dan rindu timbul sebuah pengharapan akan kehadiran
Ito.
Rindu yang kian memuncak mengiringi perjalan Ito untuk
pulang kampung. Dirinya kini penuh dengan keyakinan akan cinta sejatinya.
Impian yang selama ini hanya menghiasi malam kini akan terwujud. Raut wajah
gembira ketika sepasang mata kaki itu menghantar Ito pada pintu rumah Ibunya.
Sambutan hangat dan gelak tawa menghiasi seiisi rumah saat Ito menceritakan
kisah hidupnya selama di Makasar.
Malam pun perlahan menggulung senja, bintang dan bulan
memberi cahaya yang begitu redup. Tak seperti biasanya hanya gagak yang terbang
mecari makan.
“ mama, besok kita ke rumah orang tua Yovi. Aku ingin
kita segera melamarnya. Sudah ku siapkan semua perlengkapan untuk pernihan
kami” kata Ito semangat
“ nana, apa kamu belum dengar kabar tentang Yovi? Dia
sudah menikah dengan Engki sahabatmu. Sudah hampir sebulan mereka berumah
tangga” jelas Ibunya
“ tidak, tidak, tidak mungkin. Yovi tidak mungkin menikah
dengan oang lain. Kami sudah berjanji untuk sehidup semati, kami akan
dikuburkan pada liang yang sama, tidak mungkin Yovi menikah dengan orang lain,
dia mencintai saya, sangat mecintai saya begitu pun saya ma..” jelas Ito epada
ibunya. Air mata pun perlahan jatuh dari matanya. Cinta yang selama ini ia
pelihara kini harus mati oleh harta dan kekayaan. Hancur terasa hidupnya
mendengar kabar kan pernikahan Yovi dengan sahabatnya.
“ tuhan apa rencana-Mu untuk hidupku. Apakah engkau tak
bosan memberiku cobaan yang tak bisa aku lalui. Aku tak pernah meminta
kepadamu. Aku tahu engkau pasti tertawa di atas sana melihat aku menderita
sekang. Kali ini candamu tak lagi lucu. Aku tak minta apa-apa, aku hanya
inginkan dia di sisiku. Jika memang dia bukan untukku mengapa engkau titipkan
dia padaku. Apakah ini caramu untuk membunuhku? Aku kecewa padamu” kata Ito
kesal dan marah yang kini memenuhi dirinya. Cinta dan harapan kini sirna begitu
saja.
Kenangan demi kenangan mucul dalam dirinya dan membuatnya
tersiksa. Pedang yang pernah ia tempa kini kebali menusuk jantungnya sendiri.
Dia tak lagi berdaya, tebunuh oleh cinta dan mati oleh kenangan.
Yovi dan
Engki kini menjalin rumah tangga dengan sangat bahagia. Yovi yang diam-diam
menyimpan foto Ito tak bisa menahan air mata saat mengenang kisah mereka dulu.
Saat akan pergi menimba air tak sengaja Yovi berpapasan dengan Ito. Diam
memangku kata pada batas bibir. Tak ada senyum dan tak ada kata diantara
mereka.
“ apa kabar Yovi, aku tak tahu harus dari mana aku
memulai pembicaraan ini, tapi aku hanya ingin sampaikan bahwa mengapa engkau
begitu kejam pada hidupku. Mengapa engkau berikan aku kenyaman ketika pada
akhirnya engkau harus pergi meninggalkanku. Ketahuilah aku tersiksa oleh dusta
dan sandiwara yang kau mainkan. Andai aku ingin mengulang waktu, aku mungin
meminta agar tak dipertemukan dengan gadis cantik yang kejam pada hidupku.
Kenapa engkau tak bunuh aku saja dengan pisau, kenapa engkau harus menyiksaku
seperti ini. Kau menyiksaku dengan penuh rasa bersalah dan itu membunuhku
secara perlahan. Engkau memutuskan untuk menikahi orang lain tanpa pernah
memberiku kesempatan untuk memohon. Tapi satu hal yang engkau tahu setidaknya
aku pernah berusahauntuk mempertahankanmu dalam dekapku tapi sayang aku terlalu
lemah dan engkau jatuh kepelukan orang lain. Ini bukanlah takdir yang kuinginkan
dan terima kasih telah menghadirkan luka untuk hidupku hingga aku tahu
bagaimana pahitnya kehilangan” kata Ito dengan mata berkaca dan pergi
meninggalkan Yovi. Kisah cinta itu kini hanya jadi kenangan yang dibawa pergi
oleh Ito dan Yovi. Saling merindukan dan mengingat canda tawa yang mereka lalui
saat senja perlahan pamit mempersilahkan raja malam untuk berkuasa. Janji untuk
sehidup semati kini hanya sebuah kisah, rembulan, bintang dan gagak hanya
saling mematung melihat kisah pilu yang tak pernah mereka impikan.
Ruteng, 25 Mei 2017

Komentar
Posting Komentar