Budaya Lonto Leok yang Tergusur
Budaya Lonto Leok yang Tergusur*
(Klaudius Marsianus Juwandy)
Gencarnya arus globalisasi dengan diikuti hadirnya kecanggihan teknologi di dalam penerapannya yang menerpa Manggarai, membuat lahirnya peradaban Manggarai dibawa menuju kearah kehidupan dunia barat. Munculnya cara hidup yang baru masa kini di dalam masyarakat kita telah banyak mengubah cara pandang dan pola hidup masyarakat, sehingga peradaban yang tercipta merupakan gambaran budaya masyarakat eropa yang cenderung berjiwa konsumtif dan dan membentuk pola pikir bahwa kenikmatan dan materi sebagai tujuan utama dalam hidup. Berbagai macam fenomena kehidupan yang terjadi di lingkungan masyarakat dewasa ini, telah mengilustrasikan suatu keadaan yang mencerminkan layaknya kehidupan masyarakat dunia barat dan telah menggeser kedudukannya dari budaya asli Manggarai telah eksis sebelumnya. Pola ini memang sengaja dilakukan oleh para penguasa media yang melahirkan dan mempopulerkan pola hidup semacam itu lewat pengaruh produknya yang dasarnya sebagai cerminan kebudayaan lebih modern melalui jejaring medianya yang telah mereka bangun sebelumnya, hingga masyarakat khususnya generasi muda terkena dampak dan bertekuk lutut meniru secara mentah-mentah tanpa adanya sikap selektif dalam menggunakan teknologi semisal Handphone dan internet. Industri media yang menguasai jaringan besar di dunia, memang telah sengaja mengobrak-abrik tatanan hidup Tanah Nuca -Lale yang terkenal satun itu, dan telah menjadi bagian dari jati diri Manggarau selama daerah ini didirikan oleh para pendahulunya, kini diganti dengan kebudayaan yang berperilaku rusak, pemikiran dangkal, berjiwa pragmatis, bermental instan, konsumtif serta mengutamakan materi dalam kehidupan. Jaringan media entah dalam bentuk Handphone atau internet yang harusnya sebagai alat pencerahan hidup masyarakat, kini telah mengambil alih posisiya, sehingga budaya luhur dan norma kesantunan yang sudah mapan warisan dari nenek moyang itu, kini keberadaanya digantikan dengan budaya baru sebagai cerminan realitas palsu yang berkembang ditengah kehidupan masyarakat melalui berbagai sarana jaringan media yang ada, hingga pada akhirnya lahir peradaban baru dengan keragaman bentuk hasil replika dari kebudauaan barat di tanah tercinta,tanah Nuca Lale.
Pengaruh teknologi dan arus globalisasi yang semakin pesat tidak bisa dibendung dalam sekejap apalagi tawaran menarik dari produk-produk yang dihasilkan. Salah satunya adalah Handphone yang kita rasakan manfaatnya selama ini. Istilah jauh di mata dekat di hati menjadi kalimata bualan ketika Handphone hadir di tengah masyarakat. Namun sangat di sayangkan ketika Handphone yang awalnya mendekatkan jarak yang begitu jauh justru meluturkn budaya asli Manggatau dan mengubah makna serta menghilangkan nilai kultural dalam budaya Manggarai. Salah satu budaya Manggarai yang eksistensinya masih dipertanyakan di tahun 2000-an adalah budaya Lonto Leok. Secara situasional, Lonto Leok merupakan kegiatan duduk bersama yang dilakukan masyarakat Manggarai untuk membicarakan suatu hal*. Hal yang dibicarakan dalam Lonto Leok pun sangat beragam semisal pembagian tanah (lingko),perencanaan untuk mengadakan acara di sebuah kampung(penti,pesta,atau caci) dan sebagainya. Namun dalam era globalisasi yang kita nikmati sekarang, makna lonto leok mengalami kemunduran. Hal ini tidak lain disebabkan oleh hadirnya teknologi yang kita gunakan. Kesulitan dalam menyeleksi penggunaan teknologi menyebabkan posisi Lonto Leok menjadi pudar dan kesakralanya menjadi hilang dan tak bisa kita pastikan bahwa budaya lonto lepk akan bertahan hingga abad ke 22 nanti. Hal ini disebabkan oleh teknologi yang kita gunakan. Dalam lonto leok ada hal yang dibicarakan misalnya masalah yang terjadi dalam sebuah kampung. Namun faktanya sekarang,dalam acara Lonto Leok masyarakat seperti asyik dengan dunia sendiri tanpa mengikuti alur kegiatannya. Misalnya saj,masyarakat yang masih bermain dengan Handphone pada saat Lonto Leok.
Pertanyaan reflektif untuk kita adalah, apakah sebuah masalah bisa dipecahkan jika dalam lonto leok saja kita masih asyik dengan Handphone?
Jawabanya aada pada kita. Tubuh kita boleh saja ada dalam kegiatan Lonto Leok tetapi pikiran kita ada di tempat lain. Sungguh sangat disayangkan ketika sejarah Lonto Leok dulunya digunakan sebagai sarana mempererat hubungan persaudaraan justru eksistensinya memudar
Kita sebagai kaum muda hendaknya bisa meminimalisir masalah ini dan semoga budaya Lonto Leok tetap eksis dalam arus globalisasi yang makin "membodohkan" masyarakat jika tidak selektif menggunakannya
Terima kasih
* Terima kasih saya ucapkan kepada kader PMKRI St agustinus Ruteng, kesa Serfas Jemorang yang telah mengusulkan Judul untuk tulisan sederhana ini dan Kesa Apri Mantur yang telah dengan sabar menjelaskan pengertian dan makna Lonto Leok untuk saya
(Klaudius Marsianus Juwandy)
Gencarnya arus globalisasi dengan diikuti hadirnya kecanggihan teknologi di dalam penerapannya yang menerpa Manggarai, membuat lahirnya peradaban Manggarai dibawa menuju kearah kehidupan dunia barat. Munculnya cara hidup yang baru masa kini di dalam masyarakat kita telah banyak mengubah cara pandang dan pola hidup masyarakat, sehingga peradaban yang tercipta merupakan gambaran budaya masyarakat eropa yang cenderung berjiwa konsumtif dan dan membentuk pola pikir bahwa kenikmatan dan materi sebagai tujuan utama dalam hidup. Berbagai macam fenomena kehidupan yang terjadi di lingkungan masyarakat dewasa ini, telah mengilustrasikan suatu keadaan yang mencerminkan layaknya kehidupan masyarakat dunia barat dan telah menggeser kedudukannya dari budaya asli Manggarai telah eksis sebelumnya. Pola ini memang sengaja dilakukan oleh para penguasa media yang melahirkan dan mempopulerkan pola hidup semacam itu lewat pengaruh produknya yang dasarnya sebagai cerminan kebudayaan lebih modern melalui jejaring medianya yang telah mereka bangun sebelumnya, hingga masyarakat khususnya generasi muda terkena dampak dan bertekuk lutut meniru secara mentah-mentah tanpa adanya sikap selektif dalam menggunakan teknologi semisal Handphone dan internet. Industri media yang menguasai jaringan besar di dunia, memang telah sengaja mengobrak-abrik tatanan hidup Tanah Nuca -Lale yang terkenal satun itu, dan telah menjadi bagian dari jati diri Manggarau selama daerah ini didirikan oleh para pendahulunya, kini diganti dengan kebudayaan yang berperilaku rusak, pemikiran dangkal, berjiwa pragmatis, bermental instan, konsumtif serta mengutamakan materi dalam kehidupan. Jaringan media entah dalam bentuk Handphone atau internet yang harusnya sebagai alat pencerahan hidup masyarakat, kini telah mengambil alih posisiya, sehingga budaya luhur dan norma kesantunan yang sudah mapan warisan dari nenek moyang itu, kini keberadaanya digantikan dengan budaya baru sebagai cerminan realitas palsu yang berkembang ditengah kehidupan masyarakat melalui berbagai sarana jaringan media yang ada, hingga pada akhirnya lahir peradaban baru dengan keragaman bentuk hasil replika dari kebudauaan barat di tanah tercinta,tanah Nuca Lale.
Pengaruh teknologi dan arus globalisasi yang semakin pesat tidak bisa dibendung dalam sekejap apalagi tawaran menarik dari produk-produk yang dihasilkan. Salah satunya adalah Handphone yang kita rasakan manfaatnya selama ini. Istilah jauh di mata dekat di hati menjadi kalimata bualan ketika Handphone hadir di tengah masyarakat. Namun sangat di sayangkan ketika Handphone yang awalnya mendekatkan jarak yang begitu jauh justru meluturkn budaya asli Manggatau dan mengubah makna serta menghilangkan nilai kultural dalam budaya Manggarai. Salah satu budaya Manggarai yang eksistensinya masih dipertanyakan di tahun 2000-an adalah budaya Lonto Leok. Secara situasional, Lonto Leok merupakan kegiatan duduk bersama yang dilakukan masyarakat Manggarai untuk membicarakan suatu hal*. Hal yang dibicarakan dalam Lonto Leok pun sangat beragam semisal pembagian tanah (lingko),perencanaan untuk mengadakan acara di sebuah kampung(penti,pesta,atau caci) dan sebagainya. Namun dalam era globalisasi yang kita nikmati sekarang, makna lonto leok mengalami kemunduran. Hal ini tidak lain disebabkan oleh hadirnya teknologi yang kita gunakan. Kesulitan dalam menyeleksi penggunaan teknologi menyebabkan posisi Lonto Leok menjadi pudar dan kesakralanya menjadi hilang dan tak bisa kita pastikan bahwa budaya lonto lepk akan bertahan hingga abad ke 22 nanti. Hal ini disebabkan oleh teknologi yang kita gunakan. Dalam lonto leok ada hal yang dibicarakan misalnya masalah yang terjadi dalam sebuah kampung. Namun faktanya sekarang,dalam acara Lonto Leok masyarakat seperti asyik dengan dunia sendiri tanpa mengikuti alur kegiatannya. Misalnya saj,masyarakat yang masih bermain dengan Handphone pada saat Lonto Leok.
Pertanyaan reflektif untuk kita adalah, apakah sebuah masalah bisa dipecahkan jika dalam lonto leok saja kita masih asyik dengan Handphone?
Jawabanya aada pada kita. Tubuh kita boleh saja ada dalam kegiatan Lonto Leok tetapi pikiran kita ada di tempat lain. Sungguh sangat disayangkan ketika sejarah Lonto Leok dulunya digunakan sebagai sarana mempererat hubungan persaudaraan justru eksistensinya memudar
Kita sebagai kaum muda hendaknya bisa meminimalisir masalah ini dan semoga budaya Lonto Leok tetap eksis dalam arus globalisasi yang makin "membodohkan" masyarakat jika tidak selektif menggunakannya
Terima kasih
* Terima kasih saya ucapkan kepada kader PMKRI St agustinus Ruteng, kesa Serfas Jemorang yang telah mengusulkan Judul untuk tulisan sederhana ini dan Kesa Apri Mantur yang telah dengan sabar menjelaskan pengertian dan makna Lonto Leok untuk saya
Komentar
Posting Komentar