puisi De Kraeng Ngencung

Menunggu karma
(Arsi Juwandy)
Ditempat ini aku menatapmu
Ditengah kita terbentang laut yang sangat luas
Seakan takdir mengusirku jauh darimu
Aku seperti mayat yang bangkit dan terbunuh lagi
Dan pembunuhnya adalah engkau
Menusuk jantungku dengan harapan yang engkau berikan namun hilang ditiup angin bersama lenyapnya dirimu dari pelukanku 
Semua karena dirimu
Aku menjadi gelandangan untuk mengais cintamu 
Tapi engkau seperti tak berbudi
Menjadi elang yang menerbangkanku tinggi
Mempersembahkan sebuah hamparan indah yang kupandang dari langit bersamamu
Membuatku nyaman dan terlelap akan kebaikanmu 
Tapi dengan tegah engkau melepaskan cengkraman tanganmu dari tubuhku
Menjatuhkanku,meremukanku dan melumpuhkanku
Seakan hukum kesetiaan kalah dalam pengadilan cinta melawan harta duniawi
Tak usah engkau risau
Aku masih mampu bangkit berjalan walaupun tertatih
Dan ingatlah suatu saat aku berharap Tuhan mengirimu kembali padaku
Tapi bukan sebagai jodoh
Namun berlutut memohon ampun kepadaku
Oh tuhan ampunilah aku
Atas niat buruk doaku
Tapi aku menginginkannya
Namun apa daya Dia memilih yang bergelimbang harta
Saat ini aku tetap menatap ke langit
Aku menunggu
Dan tetap menunggu 
Karena aku menunggu karma membalasmu

 Ngencung, 6 Oktober 2016 (19:16)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memahami makna lagu "Who You Are" (Jessie J) Dalam Kaitannya Dengan Gaya Hidup Remaja Putri Manggarai

MENGANALISIS MAKNA LAGU PERAHU RETAK DALAM KAITANNYA DENGAN SISTEM PERADILAN INDONESIA

Pengadilan Cinta - Cerpen Karya Rista Damu